Wisata Medan, Bukan Hanya Istana Maimun
Mereka
yang berwisata ke kota Medan, Sumatra Utara, biasanya menuju Istana
Maimun, istana kebesaran Kerajaan Deli yang memang dikenal sebagai
bangunan terindah di kota itu.
Namun, Kota Medan sebenarnya memiliki beberapa tempat wisata menarik dan terbilang baru.
Apalagi Istana Maimun yang mulai didirikan pada 26 Agustus 1888 dan
diresmikan 18 Mei 1891 oleh Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah
tersebut, kondisinya kurang terawat akibat minimnya biaya yang dimiliki
oleh keluarga sultan.
Beberapa tempat yang layak dikunjungi antara lain “Rahmat
International Wildlife Museum & Gallery” (diresmikan tahun 1999
setelah selesai dikembangkan pada 23 oktober 2007) dan “Tjong A Fie
Mansion” (mulai dibuka untuk umum pada 2009).
Menurut seorang pemandu wisata, “Rahmat Internasional Wildlife
Gallery & Museum” bahkan kini menjadi tempat kunjungan wajib paket
wisata ke Medan.
“Rahmat International Wildlife Museum & Gallery” adalah museum
dan galeri satu-satunya di Asia yang memiliki lebih kurang 1.000 spesies
satwa yang telah diawetkan dari berbagai negara. Museum dan galeri ini
diresmikan pada 14 Mei 1999. Setelah dilakukan pengembangan gedung yang
selesai pada 23 oktober 2007, luas gedung menjadi 2.970 meter persegi.
Museum dan galeri ini menampilkan berbagai koleksi satwa liar yang
telah diawetkan dari yang terkecil hingga yang terbesar yang ditempatkan
sesuai dengan habitatnya. Hewan tersebut mulai dari nyamuk, kupu-kupu,
berbagai jenis ikan hingga beruang, badak, singa, macan, dan gajah.
Koleksi yang dinamai “African Big Five” menampilkan lima satwa liar
paling berbahaya dan terbesar, yakni gajah, badak putih, banteng, singa,
dan macan tutul.
Di ruang “Bear Room” dapat dilihat berbagai jenis beruang yang
berasal dari daerah tropis hingga daerah Antartika. Sementara berbagai
jenis kambing gunung dan domba liar ditempatkan secara alami pada sebuah
gunung dengan tema “Mountain of Sheep”.
“Night Safari” menghadirkan suasana kehidupan satwa liar di malam
hari. Pengunjung juga bisa melihat “Cats of the World” yang menampilkan
berbagai jenis kucing di seluruh penjuru dunia, dan “Dry Aquarium” yang
berisikan berbagai jenis satwa air.
Satwa koleksi tersebut berasal dari perburuan sah dengan konsep
konservasi dengan pemanfaatan hewan yang mati di berbagai taman hewan
dan kebun binatang, pemberian dan sumbangan dari berbagai kalangan,
serta pembelian hewan secara sah dari berbagai negara.
Tempat ini didirikan oleh Rahmat Shah yang menjadi putera pertama
Indonesia yang menerima “Internasional Conservation Award”, “Big Five
Grand Slam Award”, “Dangerous Games of Afrika Award”, “World Hunting
Award” dan penghargaan lingkungan hidup nasional dan internasional
lainnya.
Rahmat yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut
adalah penggemar olahraga berburu konservasi profesional kelas dunia
serta pencita alam yang telah berpetualang di berbagai penjuru dunia.
Letaknya di Jalan S Partman yang tidak terlalu jauh dari Bandara
Polonia, membuat mereka yang ingin segera meninggalkan Medan bisa mampir
sebentar.
Bagi penggemar wisata sejarah jangan lewatkan Tjong A Fie Mansion,
yang merupakan rumah seorang tokoh multikultural dan pengusaha besar
pada jamannya yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kota Medan.
Jasanya Tjong A Fie cukup besar terhadap kedamaian dan kemakmuran di kota Medan.
Sebelumnya, rumah tersebut belum diperkenankan dibuka untuk kunjungan
umum dengan alasan keamanan mengingat usianya yang sudah lebih 100
tahun.
“Tjong A Fie Mansion” sudah menjadi benda cagar budaya yang
dilindungi berdasarkan Perda Kota Medan No.6 Tahun 1988 yang diperkuat
dengan SK Walikota Medan No.188.342/382/SK/1989 dan No.
188.342/383/SK/2000.
Tjong A Fie memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap Kota Medan,
misalnya dia turut andil dalam pembangunan Masjid Raya Al-Mashum,
Istana Maimun, Kereta Api Deli (DSM), Masjid Gang Bengkok, Gereja di
Jalan Uskup Agung Sugiopranoto, Balai Kota Lama, Kuil Budha China di
Brayan, Kuil Hindu, dan Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin.
Ia juga tercatat sebagai pendiri Rumah Sakit China pertama di Medan,
pendiri Batavia Bank dan Deli Bank. Perkebunan yang dipimpinya memiliki
lebih dari 10.000 tenaga kerja dan luas kebunnya mengalahkan luas
perkebunan milik Deli Matschapaij yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys
yang dikenal dengan Peletak Dasar Budaya Perkebunan di Sumatra Utara.
Menurut situs “Tjong A Fie Memorial Institute”, pria ini lahir di
provinsi Guangdong di Tiongkok pada tahun 1860. Tjong A Fie datang ke
Medan dari Meixian, Guangdong pada tahun 1875 dengan hanya membawa
beberapa koin perak di tangannya.
Bersama dengan saudaranya Tjong Yong Hian (1850-1911), dia berhasil
membangun usaha dalam bidang perkebunan. Perusahaannya mempekerjakan
lebih dari 10.000 karyawan.
Keberhasilannya tersebut membuat dia mempunyai hubungan yang dekat
dengan para petinggi Medan pada saat itu, di antaranya Sultan Deli
Makmun Al Rasjid dan pejabat-pejabat kolonial Belanda. Tjong A Fie pun
lalu dilantik sebagai Kapitan China (”Majoor der Chineezen”), pemimpin
komunitas Tionghoa di Medan, menggantikan Yong Hian yang wafat.
Salah satu peninggalannya yang masih terkenal hingga saat ini adalah
rumahnya di kawasan Kesawan. Diselesaikan pada tahun 1900, rumahnya yang
menunjukkan pengaruh campuran Art Deco-Tionghoa-Barat kini menjadi
salah satu ikon kota Medan dan saat ini menjadi “Tjong A Fie Memorial
Institute”.
Pengaruh Tjong A Fie tidak hanya terasa di Medan, namun juga di luar
negeri seperti Penang, Singapura, Hong Kong, Tiongkok dan bahkan
Amsterdam. Di Amsterdam, dia menjadi seorang pendiri Institut Kolonial
yang kini bernama Institut Tropis Kerajaan (”Koninklijk Instituut voor
de Tropen”).
Tjong A Fie meninggal pada tahun 1921. Nama Tjong A Fie sempat
diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Medan, meski nama jalan tersebut
kemudian diganti menjadi Jl KH Ahmad Dahlan.
Pada tahun 2009 diadakan eksibisi 150 tahun Tjong A Fie atau “150
tahun Tjong A Fie Heritage Exhibition” di rumah yang terletak di Jalan
Kesawan (sekarang Jalan Ahmad Yani), Medan tersebut.
Melalui foto dan lukisan yang ada dapat diketahui sejarah perjuangan
Tjong A Fie dalam pembangunan Kota Medan, serta sikapnya yang merakyat.
Pengunjung dapat melihat perannya dalam membangun kota Medan ketika
ribuan orang mengantar jenazah Tjong A Fie saat akan dimakamkan. Ia
diterima oleh berbagai golongan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar